Laman

Selasa, 08 November 2011

Aku dan kamu bagai karang-pantai mencintai laut lepas


Aku dan kamu bagai karang-pantai mencintai laut lepas.
Dari jauh aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku:
Menatap gelombang ombak-rambutmu
Atau menikmati kilau cahaya dirimu
Pada senja yang menenggelamkan matahari di matamu.

Aku dan kamu, bagai karang pantai mencintai laut lepas.
Ribuan mil dari hatimu, setiap detik aku berusaha melacak cintamu
Pada setiap buih ombak yang menghantam diriku
Bila kukatakan padamu telah aku titipkan  semua salamku
Pada nadi-nadi sungai yang merambat-bermuara menuju
Kedalaman hatimu, pernahkah ia benar-benar sampai kepadamu

 Hingga saatnya kita bertemu

“Hai..”
Sebuah sapa lalu senyum tersungging di bibir kita berdua.
Kemudian kamu diam saja
Sunyi bergetar di leher kita berdua

Sejak pertemuan itu
Aku merasa hari-hari kita begitu akrab:
Meski sebatas ombak yang setiap hari datang
Memberikan sentuhan--
Lalu pergi tanpa salam perpisahan

Ah, mungkin sungai telah menyampaikan
Semua salamku kepadamu
Menyusun kata cinta yang terbata-bata
Menjadi sebuah sajak cinta,
Dan kamu menerimanya

“Maukah kamu menjadi pacarku?” Katamu pagi itu
Aku diam saja, namun itu merupakan isyarat persetujuan
Tapi sepertinya semua berjalan tak seperti biasanya.
Kupikir itu hanya perasaanku saja.

Malam itu kita bertemu 
untuk pertama kalinya dengan status berpacaran kita
Kita terdiam tanpa senyuman
Aku menatapmu, kamu menatapku
Ada getar yang menumpahkan
Ribuan kata yang tak terucapkan-
Jadi sepi yang bergaung.
Ombak memeluk mata kaki kita berdua
Malam tinggal bayang-bayang

Namun tanpa bisa aku tolak
Sepi itu merambat… merambah… merajai…
Hingga kini
Hingga detik ini
Aku telah berteriak sekeras yang aku bisa
Tapi sepertinya ruang di hatimu dilengkapi dengan
 Alat peredam suara yang super canggih.
Hingga teriakanku tak ubahnya desiran angin.

Sejak saat itu kita tak lagi bertemu
Kamu kembali ke tempatmu
Aku kembali jadi karang-pantai
Yang cacat di hantam ombak.
Desau angin terdengar bagai lagu sedih
Burung-burung hitam mengoak
Bagai caci maki sepanjang hari.
Pantai yang tak punya perasaan.

Siapa yang mengatakan menunggu itu membosankan?
Bagiku menunggu itu menyedihkan!!

Aku akan pergi- akhirnya aku memutuskan.
Lalu bersalin rupa menjadi manusia biasa;
Mengemasi barang-barang dalam koper
Mengenakan kaus kaki dan sepatu.

Di setiap langkah yang kutempuh
Akan kulepaskan satu persatu kenangan
tentang dirimu -meski tak seluruhnya

Dari ribuan sejarah manusia yang sedih,
barangkali aku salah satunya,
Tapi haruskah aku menghabiskan hidup
hanya untuk menjadi karang-pantai yang bersedih?

Ombakmu melambai-lambai,
Seolah memanggilku untuk kembali
“tetaplah menjadi karang-pantai”
Lamat-lamat aku mendengar suara itu.
Kupikir itu hanya perasaanku saja

Tidak, kataku dalam hati. Aku telah memutuskan
Aku akan menjadi yang lain: bayang-bayang,
angin, gunung, pohon, atau langit
barangkali aku gagal menjadi kekasihmu,
tetapi cinta tetap ada: untuk apa dan untuk siapa?
Biarlah ia menentukan nasibnya sendiri..

Aku dan kamu bagai karang pantai mencintai laut lepas?
Rupanya tidak lagi.. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar