Laman

Selasa, 08 November 2011

Parit Enam: Kajian dan Penelitia

Air… dimana-mana Air..itulah kesan pertama saat kita menginjakkan kaki di Parit Enam kecamatan Nipah panjang kabupaten Tanjung Jabung Timur. Rumah-rumah pun berdiri di atas air. Bukan karena tidak ada daratan, tapi memang Parit Enam ini adalah daerah rawa-rawa. Sebagian besar panduduknya menggantungkan hidupnya pada perahu dan jala, namun ada juga yang bertani dan berdagang.
Awalnya Parit Enam dihuni oleh warga Melayu Timur, namun sejak tahun 1988 mulailah berdatangan masyarakat dari daerah lain memenuhi Parit Enam bahkan hampir saja menggusur warga pribumi. Hingga kini mayoritas warga Parit Enam adalah warga Bugis dan Jawa. Bahkan tidak banyak yang tahu bahwa di Parit Enam masih terdapat warga pribumi, yaitu masyarakat melayu Timur. Saat ini warga melayu timur menempati wilayah depan atau pinggiran sungai. Satu yang unik dari masyarakat melayu timur adalah bahasanya. Jika biasanya kita mendengar orang melayu jambi bicara dengan mengubah vocal a menjadi o  pada akhir kata, maka jika Melayu Timur menggunakan vocal e  seperti “kite tak ade duit untuk pegi ke Jambi” atau “kate pak Amat, die nak besanding isok”, dan sebagainya.
Hal unik inilah yang memancing saya untuk meneliti lebih jauh tentang bahasa Melayu Timur di Parit Enam ini dan menuliskannya sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (Skripsi) pada Program studi bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas jambi.
Tentu belum semua bagiannya yang akan saya teliti. Pada kesempatan ini saya akan meneliti Modalitas Epistemiknya. Modalitas Epistemik adalah sikap pembicara yang besifat subjektif yang menyatakan kesanksian, kepastian, dan kewajiban. Bagaimana bentuknya dan makna apa saja yang ditimbulkan dengan penggunaan modalitas tersebut.
Dan tentu saja skripsi saya akan saya persembahkan untuk keluarga dan para sahabat saya tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Teristimewa untuk nenek dan adik2 saya yang tiada henti memotivasi saya, juga satu orang spesial Irfan setiawan yang selalu sempat memberi senyum di sela kesibukannya. 
Demikian pengantar ini, semoga mendapat perhatian dari semua pihak. Diharapkan bantuan dan partisipasinya dalam pelestarian bahasa daerah. Khususnya tentang modalitas epistemik  Melayu Timur di Pari Enam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar