Laman

Kamis, 24 November 2011

Usapan Lembutnya Hinggap di Kepalaku

          Usapan lembutnya hinggap di kepalaku. Selalu begitu kalo mau pisah sama kamu..salim, cium tangan,ngusap kepala sambil bilang :jaga kesehatan yah..jangan lupa makan". aku selalu kangen hal itu Nyun.
aku pikir kalo ngomong sama kamu tu harus tegas dan langsung ke poinnya. emang sih kayak gitu tapi dengan gitu kamu ajari aku banyak hal Nyun. kamu ajari aku untuk lebih hidup.
                Mungkin ini yang namanya bodoh. yeah.. aku adalah bagian dari sekian banyak orang yang dibodohi oleh cinta.Sungguh mencintaimu tidak mudah sayang. ntah sudah sekuat apa batinku menahan semuanya, ketidakpedulianmu tak akan membunuh cinta ini, akan aku buktikan bahwa aku cukup kuat dan tegar untuk mencintaimu.
                Maafkan jika aku sempat meragukanmu karena profesimu. sungguh tidak seharusnya aku memvonis profesimu itu. temanku pernah bertanya "kenapa sih harus pacaran sama tentara?" aku berpikir apa salah cintaku dengan profesimu itu.apa salah jika aku mencintai prajurit dan itu kamu. salahkah jika aku melabuhkan hatiku padamu. pa yang dipermasalahkan dari seorang prajurit???
                       Aku tidak inginkan apapun  selain mencintai dan dicintai olehmu. Kamu, hanya kamu. aku tau kamu prajurit. aku tau itu. tapi dibagian mana yang salah jika kamu mencintai dan aku pun mencintai kamu juga profesimu. dimana letak kesalahannya jika prajurit harus bertugas . itu memang kewajibanmu. lalu jika sang istri menunggu dengan segenap kesetiaannya, itu kan memang sudah menjadi kewajibannya. kenapa salah jika aku ikhlas dengan itu semua..aku ikhlas wahai Dunia...

Rabu, 23 November 2011

belum ada judul dan belum kelar

Diawali dengan bujang dan gadis beramai-ramai berbalas pantun yang dinyanyikan dengan gerakan menari

Batanghari aeknyo tenang
Sungguhpun tenang deras ke tepi
Anak Jambi jangan dikenang
Kalo dikenang merusak hati

Kami ba umo di lereng bukit
Rebah padi digiling batang
Kami umpamo si burung pipit
Kemano terbang di halau orang

Hidup api pangganglah kuau
Kuau tepanggang si abang kaki
Maksud hati nak meraih pulau
Pulau dijago si Nago sakti

Lubuk pungguk tepian Napal
Tempat budak mencuci baju
Awak biduk nak serempak kapal
Idakkan mungkin nyo samo laju

Bederai hujan di rimbo
Tibo di padi bederai jangan
Becerai kito di muko
Namun di hati becerai jangan

Bujang gadis keluar panggung diiring dengan lighting

SATU
Seorang pemuda dengan sarung ninjanya mengendap-endap seperti hendak mencuri mencari lokasi yang tepat..

Tok..tok..tok
Tok..tok..tok..

Dari mano nak ke mano?
Dari Jepun ke Bandar Cino
Kalo boleh abang bertanyo
Adik di atas, siapo yang punyo

Dari cino balek ke jambi
Pengen rasonyo bawa tembok cino
Sipo nian yang abang cari
Adek ni belum ado yang punyo

Budak kecik di Angso duo
Bedayung perahu ke muaro
Karena panjang cakap kito
Sungguh adek siapo namonyo

Sambil bedayung pegang tali
Tali putus biduk ka tapi
Namo adek Siti Zumarni
Namun abang boleh panggil Siti

Kayu manis di kedai rempah
Di beli untuk bumbu masakan
Adik manis tidak kah marah
Kalo abang mau kenalan?

………………………………………….
(Berbalas pantun hingga hampir pagi)

Dua orang dengan kostum yang hampir sama mendekat mengendap-endap tanpa mengetahui kehadiran pemuda pertama….
Salah seorang menunjukkan sabitnya
Pemuda pertama menyadari akan kehadiran dua orang calon maling langsung terak
MALIIIIIINNGGGGGGGGGG…….

Hansip dan warga dengan peralatan seadanya datang dan mengejar kedua orang itu
(keluar panggung)
Bapak keluar rumah bingung memandang pemuda pertama (cengengesan)


DUA
Di ruang tamu keluarga
Emak:
Pakkk….kabarnyo si Ahmad baru balek dari pendidikan Tentronyo, semaken-semaken bae dio tu pak..
semakin gagah…
kekar ganteng
(kalo gantengnyo idaklah)
pokoknyo semakinnnn
PRIA

Bapak:
Memangnyo dulu dio bukan PRIA??

Emak:
Yooo pria…
Tapi sekarang dio lah bepangkat..kemaren emak nampak dio balek..make seragam lengkap samo baret hitamnyo…
Lah baret hitam pak…ckckckckckck

Bapak:
ngapo kalo baret hitam mak?

Emak:
Berarti pangkatnyo lah tinggi

Bapak:
sekarang bapak nak betanyo..dio tu anggota tentro apo anggota taekwondo???
Sabuk hitam berati la tinggi..
Jadi sebenarnyo apo maksud percakapan kito ne, mak?

Emak:
Macam mano kalo kito ambek dio jadi menantu kito pak??










Minggu, 20 November 2011

Gaya pacaran Orang Sarolangun jaman dulu:

 1. Si cowok dateng ke rumah ceweknya.
 2. Dia ngetok-ngetok lantai kamar ceweknya, pas di bawah kamar ceweknya itu (untuk diingat, rumah      mereka rumah panggung).
 3. Si cewek yang ngeh kalo lantai kayunya diketok-ketok orang, ngintip dari lubang kecil di lantai.
 4. Trus mereka saling berpantun deh (melalui lubang kecil tadi). Salah satu contoh pantunnya:
Dari mano nak kemano
Dari Jepun ke Bandar Cino
Kalo boleh abang bertanyo
Adik di atas siapo yang punyo



 5. Waktunya g dibatesin. Boleh berbalas pantun semalem suntuk..


Kalo aku jadi ceweknya, aku bakal jawab: "Udalah Bang, smsan ajah."

Rabu, 16 November 2011

Untukmu dari aku di ruang sempit di salah satu pojok hatimu

Hei kamu yang memukau aku, kamu yang hanya dapat aku pandang tanpa sapa, kamu yang setiap malamnya ciptakan ribuan tanya. 
Dalam setiap cakap, dalam setiap ucap, dalam setiap tanggap selalu ciptakan getar menyelindap. 
Sebuah instrument, nada, dan lirik yang tercipta selalu saja menuai ironi, alegori, personifikasi... 
Ingin rasanya menyeduh retorika dengan sedikit persuasi dalam cawan rindu di setiap paginya.. 
Tapi,, 
lihatlah daun kering yang jatuh tersia, lihatlah sepah pada tebu yang terbuang, lihatlah titik embun di ujung ilalang, semua cukup hanya dengan satu kata: lupakan! 
Terlalu jauh langkahku, terlalu banyak kisahku, terlalu indah pandanganku, di tempat ini, di ruang sempit di salah satu pojok hatimu.. 
Aku pernah berlari kencang mengelilingi lapangan sepak bola dengan mata tertutup di bawah hujan lebat. Akibatnya aq harus meringkuk d ruangan serba putih yang sangat aku benci. Tapi sudah lah, lupakan saja.. 
Kamu yang memaut hatiku, kamu oaseku,dan kamu pun fatamorganaku.. 
Kelak jika musim berganti akan aku tanam edelweis di pojok lain di hatimu. 
Oght,,kau tenang saja,,tidak akan aku habiskan, masih ada banyak pojok2 dan sudut2 lain di hatimu, kamu masih bisa mengisinya dengan yang lain yang mungkin kelak akan menginvansi wilayahku.. 
Untukmu dari aku di ruang sempit di salah satu pojok hatimu: aku ingin jadi Meranti atau Mahoni.. 

Aku hanya ingin ikhlas

Untuk mencintaimu, 
entah berapa banyak air mata tercurah
entah berapa beban tertumpu
entah lah
aku tau dan tak ingin tau

entah berapa waktu tersita untuk mengingatmu 
entah berapa tenaga tertuang untuk menemuimu
entah lah
aku tak tau dan tak ingin tau

mengenangmu
mengingatmu
seperti awan yang menurunkan titik-titik hujan
tidak berharap manusia akan menampungnya
bahkan seenaknya manusia menyiakannya

merindumu
seperti purnama yang bersaing dengan lampu-lampu jalan

mencintaimu
seperti laron mengejar cahaya
lalu kehilangan sayapnya
tidak pernah ia sesali 

menunggumu
seperti pantai menanti air pasang
jika surut
maka menanti lagi
dan lagi

mencintaimu
aku ikhlas


Selasa, 15 November 2011

Pacaran ama Tentara itu UNIK


      Selalu sulit untuk mencari kalimat awal saat ingin menceritakanmu. hmmm.... nggak ada kata yang bisa mewakili selain unik, beda dari yang lainnya. nyaman dan bisa melindungi aku. buat aku tersenyum, buat aku menangis, buat aku bahagia, buat aku khawatir, semua bisa kamu lakuin.
nggak pernah aku sangka sebelumnya. pertemuan itu, pertemanan itu, perselingkuhan itu, membuat kita padu. kamu tau berapa banyak jumlah pasir di Kuta? sebanyak itu juga rindu aku ke kamu. aku sempat sempat berpikir kenapa harus kamu? sedang menelponku saja kamu nggak pernah. kamu terlalu asyik di balik tembok itu, kamu terlalu tidak peduli denganku. Lalu aku berfikir lagi, kenapa bukan kamu, kenapa harus orang lain, sedang ia hanya menjadikanku bagian dari eksperimennya, ia terlalu asyik dengan masa lalunya. Kesimpulanya: memang harus kamu.
Ingatanku masih tajam tentangmu. saat pertama makan semeja denganmu. lalu duduk sebangku, kemudian jalan berdua, berakhir dengan kecupan manja di pipiku.
         Aku tak ingin menggunakan majas apapun untuk menceritakanmu. karena kamu takkan mengerti. kamu hanya tau bagaimana menjaga kedaulatan RI. yeah,,itu kan memang tugasmu. aku juga tau kalau aku pacar keduamu, kamu menduakanku dengan senjatamu.. :(
Sayang, sejauh ini hanya nasehat nenek yang berhasil menguatkanku untuk menunggumu. "Nanda yang sabar, hati-hati kalo ngomong sama Irfan, dia itu capek,pekerjaannya berat, jadi pelan-pelan menghadapi dia". Demi pencipta semesta, aku akan bersabar....
     Bukan mudah menjadi pacarmu sayang, setiap detiknya aku mengkhawatirkan kesehatanmu, setiap menitnya aku mencemaskan keadaanmu, setiap jamnya aku menunggu kabar darimu. aku tau tak gunanya airmataku.tapi hanya dengan menangis aku menjawab rinduku.
aku tahu, tidak ringan pekerjaanmu, dan ketahuilah, aku ikhlas dengan ini semua. perasaanku, aku dan keluargaku mencintaimu..

Senin, 14 November 2011

Kisah cinta Tentara dan gadis biasa


Tentara??
Seberapa kuatkah ia??
Seberapa sempurnakah ia??
Mampukah ia mencairkan seluruh gletser di Himalaya?mampukah ia meruntuhkan karang di Atlantik?mampukah ia mendapatkan hati setiap wanita di muka bumi ini??
Kau, yang katanya menantu idaman para orang tua sang gadis, sangat berkuasakah kamu sehingga mentari enggan terbit saat kau berbaris rapi di lapangan hijau..?!
Kau, yang notabenenya adalah pasangan yang diinginkan oleh para pecinta pengabdian, seberapa berkuasakah kamu sehingga kamu bisa menanam ribuan jenis bunga di halaman rumahmu dan kau petik bunga yang berbeda di setiap paginya..
Ught..aku bicara seakan hanya kau makhluk mulia di dunia ini..padahal aku tidak pernah tau apa saja yang kau dan kalian semua lakukan di balik pagar beton itu..yang aku tau di luar bilik itu, pesonamu bak purnama, sempurna..!
Hmmm..aku, sang gadis biasa.
Apa ukuranya sehingga aku dapat mengatakan 'biasa'?!?
Yeah..
Saat gadis2 menyambut mentari dg bersolek, aku sibuk menyeka peluh yang menganak sungai keluar dari hutan dengan membawa setumpuk kayu bkar yang terkadang ukuranya lebih besar dari tubuhku..
Coba kau lihat pakaianku,aq bingung dengan warnanya,seingatku saat membelinya berwarna merah,tapi sekarang ntah ini pink,marun,atau...akh..kenapa aku ambil pusing dg warna pudar ini. Tidak ada yang menarik tentangku yg dapat aku ceritakan selain tuntutan keluargaku yang menginginkan aku menikah dengan abdi negara sepertimu.
Hei kalian yang berseragam hijau,adakah satu saja dari kalian yang memandangku sebagai gadis pemilik cinta tulus yg siap aku berikan untukmu yang dtang padaku..?!
Oooh kalian yang bersenjata,adakah satu saja diantara kalian yang menilai kualitasku sama dengan para gadis berseragam putih nan bersih..??
Wahai kamu yang berhasil mencuri hati para orang tua gadis, adakah kamu yang berkenan menginjakkan kaki dan menjadi bagian penghuni gubuk reyotku??
Aku menuai retorika ini dari bibit2 putus asa..aku,kamu,berbeda..takkan bisa bersama menggapai cita beriring cinta..
Kamu,aku puja..aku,kamu sia...

Bahasa Melayu Timur (parit enam)

Kabupaten Tanjung Jabung adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Jambi.  Pada tahun 1999 dimekarkan menjadi Tanjung Jabung Barat Barat yang beribukota di Kuala Tungkal dan Kabupaten Tanjung Jabung timur yang beribukota di Muara sabak. Kabupaten ini terletak antara 0053' - 1041' Lintang Selatan dan antara 103023 - 104031 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan di sebelah utara, Kabupaten Muaro Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan di sebelah selatan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Muaro Jambi di sebelah barat serta Laut Cina Selatan di sebelah timur. Luas wilayah administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 5.445 Km2.
Kabupaten Tanjung jabung Timur dibagi menjadi beberapa kecamatan, yaitu Berbak, Dendang, Geragai, Kuala Jambi, Mendahara, Mendahara Ulu, Muara Sabak Barat, Muara Sabak Timur, Rantau Rasau, Sadu, dan Nipah Panjang.
Kecamatan Nipah Panjang sebagian besar penduduknya adalah suku Bugis. Padahal penduduk asli Nipah panjang adalah suku Melayu Timur. Pada tahun 1927 adalah awal masuknya pemukiman suku melayu Timur di Pantai galang, Nipah Panjang II. Awalnya hanya ada 15-20 Kepala Keluarga yang bermukim disitu dengan bermatapencaharian berladang, yaitu membuka hutan untuk ditanami tanaman pertanian atau yang biasa dikenal dengan Apok Gayoh. Pada tahun 1958 mulailah berdatangan masyarakat suku Bugis yang kemudian menetap di Nipah Panjang II, semakin lama semakin banyak warga pendatang dengan berbagai suku seperti Jawa dan Minang. Karena jumlah warga pendatang lebih banyak, masyarakat Melayu Timur pun mulai terkikis. Kini Nipah panjang lebih dikenal dengan Komunitas suku Bugisnya, bahkan jarang sekali ada yang tahu bahwa masih ada penduduk asli yaitu suku Melayu timur yang mendiami daerah tepi sungai. Terutama di daerah Parit Enam.
Di lihat dari bahasanyapun masyarakat Nipah panjang lebih dikenal dengan Bahasa Bugisnya, padahal masih ada penutur bahasa Melayu  yang semestinya menjadi kekayaan daerah Nipah panjang II dengan keunikannya seperti Bahasa Melayu di Parit Enam.
Bahasa Melayu di Parit Enam Kecamatan Nipah Panjang disebut dengan Bahasa Melayu Timur. Bahasa ini hampir saja terkikis oleh bahasa Bugis karena notabenenya masyarakat Melayu pun semakin sedikit yang masih menetap di sana. Karena itu Bahasa Melayu Timur di Parit Enam tidak dikenal banyak orang padahal Bahasa Melayu timur memiliki keunikan yaitu kebanyakan vokal a pada akhir kata berubah menjadi e  seperti “dimana?” menjadi “dimane?”, “mau kemana?” menjadi “nak kemane?”, dan sebagainya. Berbeda dengan Melaju Jambi dimana vocal a pada akhir kata berubah menjadi o seperti “dimano?”, “nak kemano?”, dan sebagainya.

Rasakan jiwaku (feel my soul)

Meramu kebimbangan dan kegelisahan kemudian memanggangnya di atas bara keputusasaan..
Tubuhku telah beku, jiwakupun telah kaku..
Dalam hitungan waktu
Satu persatu
Semua menjelma menjadi racun dalam diri aku..
Jika mungkin asa itu lebih indah..
Jika mungkin cinta itu lebih mewah..
Jika mungkin asa dan cinta itu menyatu menjadi satu jiwa yang padu..

Lalu

Bagaimana dengan hilir dan hulu???
Bagaimana dengan angin dan perahu???
Bagaimana dengan laron dan lampu???
Bagaimana dengan aku dan kamu???

Hilir bisa saja mengirimkan buah kelapa agar hanyut dan kemudian tumbuh di Hulu,
Angin bisa saja menciptakan riak-riak kecil membantu kayuhan perahu,
Meski akan kehilangan sayap, itu artinya laron akan menemukan hidupnya yang baru dengan menjadi serangga saat mendekati cahaya lampu,
Namun aku???? Kamu???
Mampukah aku berjalan seiring denganmu???
Dapatkah aku makan semeja bersamamu???
Bisakah aku memakai melati dan bersanding di sisimu???

Terlalu lebar jurang itu jika harus aku lompati..
Terlalu luas laut itu jika harus aku sebrangi..
Terlalu jauh aku dan kamu berbeda..

 Bukan aku tidak berani menentang badai..
Tapi Bahteraku,,
Terentang sebuah layar di sana,,
Tedapat sebuah kemudi di sana,,
Dan bukan aku..

Aku hanya makhluk lemah yang biasa mereka sebut Pecundang.

Tanpa suara, tanpa daya apa-apa
Hati ini ingin merindu, hasrat ini ingin menyatu.

Dalam dunia tanpa upaya
Adakah kau merasakan apa yang aku rasakan?
Adakah rasa menggebu ingin bertemu?

Sejenak saja, biarkan ruang dan waktu mempertemukan kita.
Sebentar saja, biarkan aliran darahku berhenti karena merasakan cinta.

Setelah itu aku pastikan semua akan kembali DIAM..
 dan HILANG..

beri aku jawabnya

Hari ini,
Senja mengintip di tepian kabut.
Belum sempat aku menyapa sang jingga
Ia telah redup
bersama dengan angan tentang seseorang

Kemarin,
Di meja ini
Telah aku siapkan wol dan jarum
Berharap dapat memintal syal bersama
Namun belum sempat terhidang  teh hangat pelenyap dingin
Kau berlalu
...............................
Dulu,
Diantara Mahoni dan Meranti
Bersama menikmati secangkir kenangan berbalut senda
Diantara balukar Mahameru
Berdua nikmati serpihan Mentari.

Dulu,
Di bangku panjang peron itu
Berdampingan duduk sambil menbaca koran,
Tersenyum saling menyapa dan bersalam
Sebelum gelap kau berujar:
Akan aku kirimkan sebuah surat dalam botol yang akan aku hanyutkan,
Temukan, maka kita akan berjodoh.

Dulu
Di bangku Taman itu
Bersandar di bahumu
Memandang sang senja
Mangumandangkan sebuah asa
Bersama cinta kita--kita kan bersama cinta--
 .....................................


Sore ini
Masih di bangku taman itu
Aku memandang sang senja
Berharap kau datang hampiri aku
Katakan:
Jangan pernah menantiku, karena aku pun tak pernah berharap kan dinati olehmu.

Bagai mengumpulkan daun kering di musim gugur
Aku berusaha bangun bersama sebuah mimpi
Mimpi yang aku rakit dari ranting dan daun kering
Mimpi yang aku pun ragu bagaimana nanti jika dihempas angin?

aku masih ingat, akan aku ingatkan kau.

apa lagi yang ingin aku katakan selain betapa indahnya pelangi itu
namun saat petang merambah
sang mega pun menyembah
kala itu pendarnya memudar

aku tanya padamu
kemana kau sembunyikan pelangi itu
bahkan kau mencuri syal perakku yang aku rajut dari jaring laba-laba

kau masih ingat?
aku masih ingat!!!
aku dan kau pernah berebut gula-gula
namun ibuku dan ibumu malah tertawa melihat tingkah kita

kau masih ingat?
aku masih ingat!!!
aku pernah terseret arus saat kau memaksaku berenang di sungai
padahal kau tahu aku tidak pandai berenang
kau hampir saja membunuhku!

hei
adakah awan disana?
bisakah aku menitipkan salam padanya?
biar angin malam yang akan merenda kata cinta nan indah untukmu
biar sapaan embun yang akan tunaikan doaku
biar hujan yang akan sampaikan padamu:
setiap butirnya ada rasaku
lalu dimana letak rasamu?
aku rasa ada di setiap titik-titik evaporasi

kau akan menjadi aku
aku akan menjadi kau
melindap mentari
maka kita akan menjadi pelangi

rasaku
asaku
semoga satu.....
amin


semua in terlalu indah, maka janganlah menangis

seperti menenggak berpuluh pil dalam satu jamnya
pahit..

seperti harus berulang kali jarum menusuk kulitku
getir

namun sakit ini tanpa pukulan
dan tidak perlu menginjakkan kaki di rumah sakit..
sakit ini indah.

Biar

Kadang  angin bertiup tidak sesuai dengan keinginan kita..
Kadang ia memutuskan tali layang-layang yang kita terbangkan..
Begitu juga dengan waktu. Dengan begitu mudahnya ia memisahkan kita
Jika saja kesempatan itu ada. Aku hanya ingin katakana aku sayang kamu Irfan.

Aku pernah mengacuhkan kata sayangmu..
Aku pernah tidak mengindahkan perasaanmu..
Aku pernah diam.

Jika saja aku sadar bahwa itu adalah malam terakhir kita
Pelukku tak kan lepas darimu
Jika aku tau itu adalah pertemuan terakhir kita
Takkan kubuat kau menunggu


kini
                                                    



Biarkan aku menunggumu
Biarkan aku mencintaimu
Biarkan aku menikmati hasil kebodohanku dulu

Selasa, 08 November 2011

Parit Enam: Kajian dan Penelitia

Air… dimana-mana Air..itulah kesan pertama saat kita menginjakkan kaki di Parit Enam kecamatan Nipah panjang kabupaten Tanjung Jabung Timur. Rumah-rumah pun berdiri di atas air. Bukan karena tidak ada daratan, tapi memang Parit Enam ini adalah daerah rawa-rawa. Sebagian besar panduduknya menggantungkan hidupnya pada perahu dan jala, namun ada juga yang bertani dan berdagang.
Awalnya Parit Enam dihuni oleh warga Melayu Timur, namun sejak tahun 1988 mulailah berdatangan masyarakat dari daerah lain memenuhi Parit Enam bahkan hampir saja menggusur warga pribumi. Hingga kini mayoritas warga Parit Enam adalah warga Bugis dan Jawa. Bahkan tidak banyak yang tahu bahwa di Parit Enam masih terdapat warga pribumi, yaitu masyarakat melayu Timur. Saat ini warga melayu timur menempati wilayah depan atau pinggiran sungai. Satu yang unik dari masyarakat melayu timur adalah bahasanya. Jika biasanya kita mendengar orang melayu jambi bicara dengan mengubah vocal a menjadi o  pada akhir kata, maka jika Melayu Timur menggunakan vocal e  seperti “kite tak ade duit untuk pegi ke Jambi” atau “kate pak Amat, die nak besanding isok”, dan sebagainya.
Hal unik inilah yang memancing saya untuk meneliti lebih jauh tentang bahasa Melayu Timur di Parit Enam ini dan menuliskannya sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (Skripsi) pada Program studi bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas jambi.
Tentu belum semua bagiannya yang akan saya teliti. Pada kesempatan ini saya akan meneliti Modalitas Epistemiknya. Modalitas Epistemik adalah sikap pembicara yang besifat subjektif yang menyatakan kesanksian, kepastian, dan kewajiban. Bagaimana bentuknya dan makna apa saja yang ditimbulkan dengan penggunaan modalitas tersebut.
Dan tentu saja skripsi saya akan saya persembahkan untuk keluarga dan para sahabat saya tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Teristimewa untuk nenek dan adik2 saya yang tiada henti memotivasi saya, juga satu orang spesial Irfan setiawan yang selalu sempat memberi senyum di sela kesibukannya. 
Demikian pengantar ini, semoga mendapat perhatian dari semua pihak. Diharapkan bantuan dan partisipasinya dalam pelestarian bahasa daerah. Khususnya tentang modalitas epistemik  Melayu Timur di Pari Enam.

Aku dan kamu bagai karang-pantai mencintai laut lepas


Aku dan kamu bagai karang-pantai mencintai laut lepas.
Dari jauh aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku:
Menatap gelombang ombak-rambutmu
Atau menikmati kilau cahaya dirimu
Pada senja yang menenggelamkan matahari di matamu.

Aku dan kamu, bagai karang pantai mencintai laut lepas.
Ribuan mil dari hatimu, setiap detik aku berusaha melacak cintamu
Pada setiap buih ombak yang menghantam diriku
Bila kukatakan padamu telah aku titipkan  semua salamku
Pada nadi-nadi sungai yang merambat-bermuara menuju
Kedalaman hatimu, pernahkah ia benar-benar sampai kepadamu

 Hingga saatnya kita bertemu

“Hai..”
Sebuah sapa lalu senyum tersungging di bibir kita berdua.
Kemudian kamu diam saja
Sunyi bergetar di leher kita berdua

Sejak pertemuan itu
Aku merasa hari-hari kita begitu akrab:
Meski sebatas ombak yang setiap hari datang
Memberikan sentuhan--
Lalu pergi tanpa salam perpisahan

Ah, mungkin sungai telah menyampaikan
Semua salamku kepadamu
Menyusun kata cinta yang terbata-bata
Menjadi sebuah sajak cinta,
Dan kamu menerimanya

“Maukah kamu menjadi pacarku?” Katamu pagi itu
Aku diam saja, namun itu merupakan isyarat persetujuan
Tapi sepertinya semua berjalan tak seperti biasanya.
Kupikir itu hanya perasaanku saja.

Malam itu kita bertemu 
untuk pertama kalinya dengan status berpacaran kita
Kita terdiam tanpa senyuman
Aku menatapmu, kamu menatapku
Ada getar yang menumpahkan
Ribuan kata yang tak terucapkan-
Jadi sepi yang bergaung.
Ombak memeluk mata kaki kita berdua
Malam tinggal bayang-bayang

Namun tanpa bisa aku tolak
Sepi itu merambat… merambah… merajai…
Hingga kini
Hingga detik ini
Aku telah berteriak sekeras yang aku bisa
Tapi sepertinya ruang di hatimu dilengkapi dengan
 Alat peredam suara yang super canggih.
Hingga teriakanku tak ubahnya desiran angin.

Sejak saat itu kita tak lagi bertemu
Kamu kembali ke tempatmu
Aku kembali jadi karang-pantai
Yang cacat di hantam ombak.
Desau angin terdengar bagai lagu sedih
Burung-burung hitam mengoak
Bagai caci maki sepanjang hari.
Pantai yang tak punya perasaan.

Siapa yang mengatakan menunggu itu membosankan?
Bagiku menunggu itu menyedihkan!!

Aku akan pergi- akhirnya aku memutuskan.
Lalu bersalin rupa menjadi manusia biasa;
Mengemasi barang-barang dalam koper
Mengenakan kaus kaki dan sepatu.

Di setiap langkah yang kutempuh
Akan kulepaskan satu persatu kenangan
tentang dirimu -meski tak seluruhnya

Dari ribuan sejarah manusia yang sedih,
barangkali aku salah satunya,
Tapi haruskah aku menghabiskan hidup
hanya untuk menjadi karang-pantai yang bersedih?

Ombakmu melambai-lambai,
Seolah memanggilku untuk kembali
“tetaplah menjadi karang-pantai”
Lamat-lamat aku mendengar suara itu.
Kupikir itu hanya perasaanku saja

Tidak, kataku dalam hati. Aku telah memutuskan
Aku akan menjadi yang lain: bayang-bayang,
angin, gunung, pohon, atau langit
barangkali aku gagal menjadi kekasihmu,
tetapi cinta tetap ada: untuk apa dan untuk siapa?
Biarlah ia menentukan nasibnya sendiri..

Aku dan kamu bagai karang pantai mencintai laut lepas?
Rupanya tidak lagi.. J